Minggu, 22 Februari 2009

SANTO AGUSTINUS

Cintai dan lakukanlah apa yang kau kehendaki.

Perjalanan hidup Santo Agustinus

Agustinus lahir dari pasangan Monika dengan Patrisius tanggal 13 November 354 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara. Monika merupakan seorang penganut kristiani yang saleh dan membimbing anak-anaknya termasuk agustinus dengan iman kristiani semenjak masih kecil. Sedangkan Patrisius merupakan seorang yang kafir. Namun demikian, menginjak dewasa Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Pernah suatu ketika ia dan teman-temannya yang tergabung dalam kelompok “7 Penantang Tagaste” mencuri buah-buah pir yang siap dipanen milik Tallus, seorang petani miskin, untuk dilemparkan kepada babi-babi.

Umur 18 tahun Agustinus mengambil langkah yang sungguh mencengangkan. Dia meninggalkan iman kristianinya dan beralih memeluk ajaran Manikeisme yang sesat. Selain itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita selama 12 tahun hingga melahirkan seorang anak, Deodatus. Permasalahan tersebut menimbulkan konflik dalam keluarga antara Agustinus dengan Monika, ibunya. Untuk menghindarkan konflik tersebut ia lari meninggalkan kampung halamannya untuk memperdalam ilmunya di Universitas Carthago dengan bantuan tetangganya yang kaya.

Pada umur 29 tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya, pergi ke Italia. Agustinus menjadi mahaguru terkenal di Milan. Sementara itu, hatinya merasa gelisah, ia mencari-cari sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Sembilan tahun lamanya Agustinus menganut aliran Manikisme, yaitu bidaah yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua buku-buku ilmu pengetahuan telah dibacanya, tapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa.

Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran St. Ambrosius, Uskup kota Milan. Namun demikian ia belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa.

Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat, “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru.

Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam dan ditahbiskan tahun 391, sebagai pembantu uskup kota itu. Empat tahun kemudian Agutinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.

Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun. Makamnya terletak di Basilik Santo Petrus. Kumpulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah “Pengakuan-Pengakuan” (di Indonesia diterbitkan bersama oleh Penerbit Kanisius dan BPK Gunung Mulia) dan “Kota Tuhan”. Santo Agustinus dikenang sebagai Uskup dan Pujangga Gereja serta dijadikan Santo pelindung para seminaris. Pestanya dirayakan setiap tanggal 28 Agustus.

Bernadette McCarver Snyder dalam buku 115 Kisah Santo-santa melukiskan kebesaran Santo Agustinus seperti kuda nil besar, Agustinus menjadi besar karena karya-karyanya yang dia kerjakan. Bahkan menurut Richard Price dalam buku Tokoh Pemikir Kristen, dalam kata pengantarnya berani menegaskan bahwa Agustinus adalah teolog di Barat yang terbesar dari antara para Bapak Gereja Abad Pertengahan dan dihormati oleh para reformis protestan.

Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM dalam buku Orang Kudus Sepanjang Tahun mencatat karya Agustinus, yakni 113 buah buku, 218 buah surat dan 500 buah kotbah. Justru setelah Agustinus mampu melewati krisis dari ajaran sesat, Maneikeisme, dia dengan bimbingan Uskup Ambrosius dan doa dari St. Monika, ia mampu melahirkan buku yang sangat terkenal, Confessions (pengakuan-pengakuan); salah satu buku dari banyak buku Agustinus yang sangat terkenal.

Richard Price dalam buku Tokoh Pemikir Kristen Agustinus mengulas ajaran Agustinus tentang beberapa hal yakni Jalan Menuju Kebenaran, Gereja Yang Kudus dan Anggota Berdosa, Gereja dan Dunia, Kebebasan dan Rahmat, Seks dan Perkawinan, Persahabatan dan Komunitas. Menyadari bahwa karya besar Agustinus begitu banyak dan besar, maka ia berujar, “Sebuah buku yang singkat tentang Agustinus niscaya dangkal dan tentu tidak akan menyeluruh. Tulisan-tulisan Agustinus mencakup seluruh wilayah teologi dan juga filsafat.”

Beberapa pemikiran agustinus

Kebahagiaan itulah etika manusia dan etika mengajarkan jalan ke tujuan itu. Etika dalam pengertian agustinus adalah ajaran tentang hidup yang bahagia. Allah yang diyakini Agustinus bukan sebuah prinsip abstrak atau semacam daya kosmis, melainkan Allah yang menyapa manusia, yang mengarahkan kehidupannya, yang turut campur dalam sejara manusia. Oleh kerana itu, Agustinus berpendapat bahwa hanya dalam Allah manusia dapat mencapai kebahagiaannya. Kerena itu, tujuan hidup manusia adalah persatuan dengan Allah. Persatuan itulah kebahagiaan. Agustinus mendefenisikan kebahagiaan sebagai ketenteraman. Manusia selalu merindukan ketenteraman. Ketenteraman yang sempurna tidak mungkin tercapai dalam hidup di dunia ini, melainkan hanya dalam persatuan dengan Allah. Namun, melalui hidup yang bermoralitas, manusia dalam hidup inipun, dalam arti tertentu, sudah dapat menikmati kebahagiaannya, yaitu melalui keutamaan. Keutamaan mampu membuat manusia mempergunakan hal-hal yang baik secara tepat, dan juga mampu memakai pengalaman-pengalaman yang berat atau buruk untuk memurnikan diri dan lebih mampu menuju ketujuan abadi.

Untuk menerjemahkan cinta kepada Allah kedalam sikap dalam kehidupan sehari-hari, menurut agustinus manusia harus memperhatikan tatanan cinta. Menurut tatanan cinta, menusia hendaknya mendahulukan apa yang lebih tinggi dalam tatanan itu. Cinta paling bawah adalah cinta pada barang-barang dunia yang akan hancur. Diatas cinta benda duniawi, manusia hendaknya mencintai diri sendiri dan sesama. Cinta yang paling luhur adalah cinta kepada Allah.

1 komentar:

  1. Menjadi semakin sadar akan arti tujuan hidup yang sebenarnya

    BalasHapus